Beli Barang Branded, Investasi atau Gengsi?

16 July 2020

  • Share

Bicara soal barang branded, sudah pasti ada pro kontranya. Mulai dari anggapan bahwa barang branded merupakan manifestasi gengsi belaka, pembuktian status sosial, hingga anggapan barang branded sebagai produk investasi. Kepemilikan barang branded juga hal yang seringkali dicibir dan dipandang negatif oleh masyarakat awam. Apalagi kalau bagi yang sehari-hari berpenampilan biasa aja tiba-tiba menggunakan barang branded. Hmm, Padahal kita nggak tau nih bagaimana perjuangan mereka menabung, hingga apa tujuan mereka beli barang branded kan? Nah daripada nge-judge orang yang hobinya koleksi barang branded, berikut logika dibalik kepemilikan barang branded sebagai gengsi dan investasi:

Barang Branded sebagai Gengsi

Entah barangnya baru atau preloved, yang namanya gengsi nampaknya sudah menjadi efek langsung yang akan dirasakan saat memiliki barang branded. Bagaimana tidak? Selain kesan mewah dari branding produk, kualitas produk yang sangat baik dari segi material, cara pembuatan, kontrol kualitas, desain, hingga umur produk barang branded memang patut dikasih jempol deh. Namun, perlu di ingat nih, harga barang branded tidak terjangkau, ini sebabnya banyak orang yang memilih beli barang branded preloved, membeli dengan kredit, hingga membeli barang tiruan. Sttt, 2 cara terakhir ini nggak patut di contoh ya….

 

Kalau nggak dianjurkan beli dengan kredit, atau beli barang KW, terus kapan dong belinya?

Hmmm, kita bahas ya, Pertama, Kenapa tidak dianjurkan kredit? Karena pada dasarnya cicilan hanya digunakan untuk meringankan cash flow pribadi. Lalu, kartu kredit juga hanya alat pembayaran nontunai yang digunakan untuk menunda pembayaran. Tidak untuk memberikan kamu tambahan uang. Maka dari itu, kredit perlu dibatasi sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Kalaupun tetap ingin kredit, pastikan jumlah tagihan atau cicilan tidak melebihi 30% dari pendapatan bulanan. Hal ini dilakukan agar saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kamu tetap bisa melunasi cicilan.

 

Lalu untuk membeli barang tiruan (KW) harus kamu pikirkan kembali. Karena kalau tujuanmu punya barang branded untuk menunjang penampilan, meningkatkan rasa percaya diri, hingga gengsi, lebih baik membeli barang asli. Kenapa? Karena malu kan kalau rekan bisnis, teman, dan orang-orang di sekitarmu menyadari kalau kamu pakai barang KW? Hehehe, kalau belum mampu beli barang branded asli, lebih baik beli yang sesuai isi kantong dulu ya…Jadi, intinya, waktu yang paling tepat untuk beli barang branded adalah saat kamu mampu secara finansial.

 

Selain itu, bagi kamu yang sudah berencana membeli barang branded, berikut tipsnya:

  1. Beli dari seller terpercaya
  2. Pastikan bersertifikat
  3. Kalau perlu ikut komunitas merek atau produk tersebut agar bisa update soal harga jual beli, dengan begini kamu tidak akan kena tipu daya dari seller nakal yang menjual dengan harga jauh diatas pasaran.

Barang Branded sebagai Investasi

Nah ini yang belum banyak disadari. Di samping untuk menunjang penampilan ala kaum jetset, beberapa barang branded juga bisa dijadikan investasi lho! Nggak heran kan kalau ada orang yang tak sungkan menggelontorkan uang ratusan juta hingga miliaran rupiah hanya untuk memiliki koleksi barang branded. Meski begitu, jenis investasi yang satu ini bisa dibilang penuh dengan risiko yang besar (high risk investment). Bagaimana tidak? Karena untuk terjun ke investasi barang branded diperlukan modal yang sangat besar. Jadi kalau salah pertimbangan, yang ada bukan untung tapi malah buntung.

 

Terus, faktor apa saja sih yang mempengaruhi nilai barang branded?

  1. Persepsi masyarakat terhadap merek.
  2. Seberapa eksklusif produk, misalnya apakah produk dilengkapi dengan sertifikat khusus? Dan apakah produk di produksi secara terbatas?
  3. Kualitas serta desain, mulai dari apa bahan produk tersebut, siapa desainer nya, dan apakah desain produk timeless atau hanya mewakili suatu gaya pada periode tertentu?
  4. Jumlah fans atau orang yang memahami dan bisa respect terhadap merek atau produk tersebut.

 

Lalu, untuk nilai tumbuh atau growth rate dari barang branded tidak ada patokan pastinya ya Kawan PRIMA. Namun, kalau barang branded yang kamu miliki memenuhi 4 faktor tadi secara baik, bukannya tidak mungkin untuk meraup cuan. Sebut saja Hermes yang terkenal dengan tas branded nya. Tercatat harga model tas birkin produksi Hermes mengalami pertumbuhan 500% dalam waktu 35 tahun (1980-2016). Sedangkan, data terbaru juga mencatatkan beberapa rumah desain seperti Chanel, Tiffany & Co, Louis Vuitton, dan Bulgari menaikkan harga barang 5-10% di tengah pandemi. Hmm, bisa jadi peluang emas nih bagi kamu yang investasi barang branded dari sebelum pandemi, coba deh cek harga produk tersebut di website barang preloved, siapa tau juga ikut naik, lumayan kan kalau bisa untung, hehehe…..

 

Terakhir, perlu di ingat nih sebelum kamu investasi barang branded. Selain high risk investment, dan bukan investasi yang liquid, kamu juga wajib tau kalau barang branded butuh biaya untuk perawatan. Jadi return of investment nya tidak bisa bulat-bulat sama dengan pertumbuhan harga barang ya

 

 

Nah Kawan PRIMA, sudah tau kan tips beli barang branded, hingga untung rugi investasi dengan barang branded ? Apapun keputusanmu sah-sah aja lho! Utamanya, pastikan kembali kesiapan kondisi keuanganmu terlebih dahulu untuk membeli dan merawat barang branded impianmu. Bagi kamu yang kehilangan pendapatan di tengah Pandemi, biarkan barang branded tetap jadi impian dulu ya. Semoga Pandemi segera berlalu dan ekonomi kita semua bisa kembali seperti sedia kala.

 

 

Artikel Terkait:

Investasi Yang Cocok Bagi Kaum Milenial

7 Investasi Yang Cocok Bagi Milenial

Pentingnya Perencanaan Keuangan

Tips Mengatur Keuangan Di Tengah Pandemi COVID-19

Tips Belanja Bahan Makanan Yang Aman Di Tengah Pandemi COVID-19

Manajemen Stok Bahan Makanan Di Tengah Pandemi COVID-19

 

 

Referensi:

finansial.bisnis.com

idntimes.com

kumparan.com

businessinsider.com

baghunter.com

berita lainnya

Di bulan Februari ini kita juga perlu aware terhadap kesehatan jantung yang menjadi organ vital kita.... Selengkapnya >
Di 2024 ini ada wacana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengubah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tenor jangka waktu hingga 35 tahun.... Selengkapnya >
Data dari Bareskrim Polri sepanjang Januari-Februari 2023 mengatakan bahwa ada lebih dari 6000 kasus pelaporan penipuan bermodus love scam yang terjadi di Indonesia.... Selengkapnya >