Instrumen Investasi: Safe Haven Vs High Risk Investment

28 May 2021

  • Share

Bicara soal instrumen investasi, Kawan PRIMA lebih prefer deposito, reksa dana, emas, properti, atau mengikuti tren dengan melakukan investasi pada mata uang kripto nih? Hehehe… Ya, sebenernya apapun instrumen investasinya sah-sah aja, asalkan kita tetap memperhatikan 3 hal mendasar dalam berinvestasi, yaitu tujuan, modal, serta risiko diri. Kalau sudah memperhatikan 3 hal tersebut, baru deh kita bisa mulai memikirkan untung rugi dari suatu investasi. Hmmm, kapan ya suatu investasi bisa dikatakan untung?

 

Meraup Cuan dalam Berinvestasi

Investasi bukan hanya soal mengembangkan aset, tapi juga soal berapa lama, dan seberapa besar aset itu dapat berkembang. Kenapa begitu? Ya, karena apapun instrumen investasinya, hal penting dalam berinvestasi adalah mengembangkan nilai aset untuk melawan arus inflasi. Jadi, investasi dapat dikatakan ‘cuan’ bila tidak tergerus arus inflasi, dan yang pasti tercapai sesuai dengan tujuan awal investasi yang kamu susun sebelumnya  ya…..

 

Kalau begitu, apakah investasi tidak ada yang bisa dikatakan aman?

Eitsss, bukan begitu lho maksudnya. Aman sih aman, tapi kita harus ingat bahwa dalam investasi yang namanya risiko dan keuntungan adalah 1 paket yang tidak dapat dipisahkan, ‘high risk high return’. Jadi semakin besar kamu memperoleh cuan, ya semakin besar juga risiko investasinya. Oleh karenanya, aman atau tidaknya suatu instrumen investasi tergantung pada tepat atau tidaknya pilihan kita. Suatu instrumen investasi dapat dikatakan tepat bila tingkat risikonya sesuai dengan profil risiko yang kita miliki.

 

Mengulas kembali seperti yang dibahas dalam 7 Investasi yang cocok bagi milenial, memahami instrumen investasi amat penting agar kita dapat meraih return of investment yang memuaskan. Nah, kalau sebelumnya kita membahas instrumen investasi berdasarkan jangka waktu, maka kali ini kita akan bahas berdasarkan tingkat risikonya.

 

Safe Haven

Meski di akhir Quarter 2 2021 mulai terlihat peningkatan prospek pemulihan ekonomi, tak dapat dipungkiri bahwa keadaan ekonomi belum 100% pulih. Oleh karenanya investor konservatif dan moderat cenderung memilih instrumen dengan risiko rendah, namun tetap mendatangkan cuan (safe haven instrument). Sepanjang 2021, aset investasi yang tergolong dalam safe haven adalah sebagai berikut:

 

1. Reksa Dana Pasar Uang

Pertama, tentu adalah reksa dana pasar uang. Mengapa demikian? Ya, karena instrumen investasi ini memiliki risiko paling rendah diantara reksa dana lainnya. Eitsss, meski risiko rendah, bukan berarti tidak menguntungkan ya… Dengan reksa dana pasar uang, kamu tetap bisa meraup cuan secara maksimal ditengah pandemi ini. Dikatakan demikian karena berdasarkan data Infovesta Utama, rata-rata kinerja reksa dana pasar uang tumbuh 0,91% year to date (ytd) hingga akhir Maret 2021 (Quarter 1), sementara kinerja reksa dana jenis lain menurun.

 

Selain memiliki risiko paling rendah, keunggulan dari reksa dana pasar uang adalah karena praktis. Jadi kamu tidak perlu memantau perkembangan aset secara terus-menerus, dan dapat mempercayakannya pada MI (Manajer Investasi) untuk membantumu dalam alokasi investasi. Sudah praktis, risiko rendah, cuan maksimal lagi, cocok banget nih bagi kamu investor pemula… 

 

2. Emas

Sering dianggap sebagai instrumen investasi yang kuno, emas juga merupakan instrumen investasi safe haven karena memiliki pergerakan nilai yang sejalan dengan inflasi dalam jangka waktu panjang. Tak heran, emas kerap dijadikan sebagai pilihan instumen investasi untuk mengembangkan nilai uang dingin, atau tidak digunakan untuk kebutuhan dalam waktu dekat. Keunggulan instrumen investasi satu ini juga dapat kita lihat pada tingkat likuiditasnya yang sangat tinggi. Saat ini sudah banyak sekali tempat bagi kamu untuk memulai investasi emas. Kamu dapat berinvestasi emas dalam bentuk batangan, koin emas, atau investasi emas secara nonfisik (emas digital).

 

High Risk Investment

Kalau sebelumnya Safe Haven merupakan instrumen investasi dengan risiko rendah, maka berbanding terbalik dengan High Risk Investment yang memiliki risiko tinggi dalam berinvestasi. Namun sesuai dengan prinsip high risk high return, semakin tinggi risiko investasi, maka semakin tinggi pula potensi keuntungan. Nah, dalam investasi dikenal dua jenis risiko, yaitu risiko yang tidak dapat dikontrol (market risk) dan risiko terkontrol seperti risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas. Lebih lengkapnya, berikut beberapa instrumen investasi yang tergolong dalam high risk investment :

 

1. Peer-to-Peer Lending

Pertama, menjadi pendana di peer to peer (P2P) lending bisa jadi pilihanmu yang baru mencoba investasi risiko tinggi. Dikatakan demikian karena cara yang relatif lebih sederhana dibanding investasi risiko tinggi lainnya. Secara sederhana cara kerja instrumen investasi ini adalah dengan memberikan pinjaman uang kepada individu/bisnis di platform P2P Lending yang akan mempertemukanmu dengan para peminjam secara online.  Jadi bisa dikatakan investor pada platform P2P secara tidak langsung adalah pendana (lender) untuk para peminjam (borrower) di dalamnya. Sebagai investor, kamu dapat memilih langsung siapa saja yang mau kamu berikan pinjaman di platform tersebut. Namun, besaran bunga yang yang diberikan kepada investor ini berbeda-beda ya, tergantung dari masing-masing peer to peer lending.

 

Instrumen ini dikelompokkan sebagai investasi risiko tinggi karena adanya risiko terlambat hingga gagal bayar dari peminjam, likuiditas yang rendah, serta tutupnya platform P2P lending. Jadi, ada baiknya sebelum berinvestasi di platform ini dipelahari terlebih dahulu ya, apakah sudah terdaftar di OJK, siapa yang mengelola, hingga bagaimana latar belakang peminjam di platform tersebut.

 

2. Saham

Ramai diminati sejak awal pandemi, saham merupakan instrumen investasi dengan risiko tinggi yang tidak hanya modal uang dan keberanian, namun juga butuh analisis yang kuat. Secara sederhana investasi saham dilakukan dengan membeli saham di bursa. Ya, se-simple itu, hehehe.

 

Lalu bagaimana cara meraup keuntungannya? Nah untuk ini kamu bisa pilih 2 cara. Pertama, keuntungan yang didapat karena adanya perbedaan antara harga jual dan harga beli, atau lebih dikenal dengan capital gain. Jadi, misal hari ini kamu membeli 100 lembar saham dengan harga Rp10 juta. Keesokan harinya, ternyata 100 lembar saham tersebut valuasinya meningkat menjadi Rp15 juta. Nah, ketika kamu menjual saham kepemilikanmu dan meraup keuntungan dari sana, itulah yang dinamakan keuntungan dari capital gain. Tapi ingat ya setiap keuntungan yang kamu dapatkan akan dikurangi dengan pajak dan biaya administrasi yang ditetapkan masing-masing platform jual beli saham.

 

Sumber keuntungan kedua, selain capital gain, adalah dari keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemilik saham (dividen). Besaran keuntungan ini sangat bergantung pada jumlah saham yang kamu miliki pada perusahaan tersebut. Untuk mendapatkan keuntungan dari dividen, ada baiknya kamu berinvestasi pada perusahaan bluechip yang rutin membagikan laba bagi investornya.

 

Investasi saham dikatakan memiliki risiko tinggi karena memiliki tingkat pengembalian yang tidak menentu. Jadi, bisa saja kamu mendapat untung besar, namun bukan tidak mungkin malah merugi. Hal ini bergantung pada banyak faktor, mulai dari kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, hingga psikologis pasar saham. Agar investasi saham Anda maksimal, diperlukan kecermatan dalam menganalisis berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham.

 

 

Nah Kawan PRIMA, sudah tau kan bedanya Safe Haven Vs High Risk Investment hingga ke instrumen investasinya? Kalau kamu, prefer raup cuan darimana? Hehehe….

 

 

Artikel Terkait:

Investasi Yang Cocok Bagi Kaum Milenial

7 Investasi Yang Cocok Bagi Milenial

Tips Terhindar Dari Investasi Bodong

Investasi Untuk Keluarga Muda

Compounding Effect Dalam Investasi

 

 

Referensi:

sikapiuangmu.ojk.go.id

money.kompas.com

finance.detik.com

investasi.kontan.co,id

kumparan.com

koinworks.com

akseleran.co.id

glints.com

berita lainnya

Di bulan Februari ini kita juga perlu aware terhadap kesehatan jantung yang menjadi organ vital kita.... Selengkapnya >
Di 2024 ini ada wacana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengubah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tenor jangka waktu hingga 35 tahun.... Selengkapnya >
Data dari Bareskrim Polri sepanjang Januari-Februari 2023 mengatakan bahwa ada lebih dari 6000 kasus pelaporan penipuan bermodus love scam yang terjadi di Indonesia.... Selengkapnya >