INDONESIA MENUJU “KIAMAT” UANG KERTAS?

5 July 2022

  • Share

Kawan PRIMA, tahu kah kamu bahwa uang kertas telah digunakan sejak tahun 997 masehi untuk menggantikan emas dan perak sebagai alat tukar? Dalam sejarahnya, uang kertas dipilih karena dianggap lebih praktis karena ringan dan mudah dibawa. Namun seiring perkembangan zaman, penggunaan uang kertas di masyarakat kini mulai menunjukkan penurunan. Bank Indonesia mencatat peredaran uang kartal (uang kertas dan uang logam) pada Mei 2022, hanya tumbuh 8,97% (yoy) atau sebanyak Rp 927,6 triliun. Lalu apakah benar Indonesia akan mengalami “kiamat” uang kertas?

Setidaknya ada beberapa kemungkinan yang bisa mendukung hal ini terjadi. Diantaranya:

1. Cashless

Menurunnya penggunaan uang kertas di beberapa negara, sebenarnya sudah terlihat sejak beberapa tahun yang lalu. Di Swedia misalnya, sejak tahun 2016 hampir semua kegiatan transaksi dilakukan dengan metode cashless. Bahkan untuk menggunakan toilet umum saja, pembayarannya harus dilakukan dengan kartu debit atau kartu kredit. Tercatat 85% masyarakat Swedia sudah memiliki akses ke perbankan online. Sementara hanya 1% transaksi yang dilakukan secara tunai.

Saat ini Indonesia tengah menuju ke arah yang sama, dengan mewujudkan masyarakat digital atau cashless society (baca juga: indonesia-menuju-cashless-society). Perkembangannya sangat terasa, tercermin dari laporan Bank Indonesia yang menyebut transaksi ekonomi dan keuangan digital dalam negeri terus melesat. Pada Mei 2022, nilai transaksi uang elektronik tercatat tumbuh 35,25% (yoy) setara Rp 32 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 20,82% (yoy) menjadi Rp 3.766,7 triliun. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit meningkat 5,43% (yoy) menjadi Rp 630,9 triliun.

Data tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia perlahan mulai menerima dan nyaman dengan metode cashless. Bahkan tagline “lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone”, mulai relate bagi sebagian besar orang saat ini. Bagaimana tidak? kini semua kebutuhan mulai dari membeli makanan, minuman, pakaian hingga memesan jasa transportasi, dapat dilakukan dengan mudah lewat penggunaan dompet digital, kartu debit dan kredit, serta QR Indonesian Standard (QRIS).

2. Cryptocurrency

Antusiasme masyarakat dunia terhadap cryptocurrency atau mata uang kripto tampaknya belum surut. Di Indonesia, jumlah investor kripto terus bertambah. Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, per Mei 2022 jumlah investor kripto mencapai 14,1 juta investor.

Salah satu keunggulan mata uang kripto yang sering digaungkan, yakni bahwa mata uang berbasis kripto dirancang agar tidak mudah diretas oleh orang lain. Cryptocurrency pun tidak dapat dipalsukan, sehingga diharapkan dapat memberi rasa aman kepada pemiliknya. (baca juga: pro-kontra-cryptocurrency).   Hal ini kemudian memunculkan sebuah pertanyaan terkait apakah mata uang kripto akan menggantikan uang kertas di masa depan?                                                                                                                                                                                                                                                                                      

Referensi:

 

CnbcIndonesia.com

Idxchannel.com

Katadata.co.id

Detik.com

Kompas.com

berita lainnya

Rupiah Digital merupakan uang Rupiah berbasis digital yang hanya diterbitkan oleh BI selaku bank sentral Indonesia. ... Selengkapnya >
Membuat resolusi adalah hal yang biasa dilakukan oleh kita semua saat memasuki awal tahun. Diharapkan resolusi tersebut bisa menjadi pemicu agar kita mampu menjalani tahun ini dengan lebih semangat. ... Selengkapnya >
Untuk kamu yang baru memulai menyusun rencana liburan di tahun ini perlu banget memperhatikan tanggal-tanggal cantik yang dapat memaksimalkan cutimu di tahun ini.... Selengkapnya >