29 November 2024
Implementasi identitas digital nasional menjadi sangat penting di tengah ekonomi digital yang terus berkembang. “Sistem identitas digital nasional tidak hanya mendefinisikan ulang bagaimana konsumen atau warga negara berinteraksi dengan layanan pemerintah dan komersial, tetapi juga mempengaruhi standar global dalam keamanan dan privasi online.” Ujar David Woo, IT Director PT Rintis Sejahtera sekaligus Moderator dalam diskusi panel yang turut mengundang tiga pembicara internasional, Rick Iversen (Australia), Roger Kuo (Taiwan), dan Mehdi Elhaoussine (Prancis) dalam PRIMA Executive Gathering 2024 di The Meru Sanur, Denpasar, Bali pada 24 Oktober 2024 kemarin.
Rick Iversen, Head of Product & Scheme ConnectID, yang berpengalaman dalam desain dan implementasi Connect ID di Australia, mengemukakan bahwa salah satu pendorong utama identitas digital adalah kebutuhan akan cara verifikasi identitas yang lebih aman dan efisien. Dengan meningkatnya transaksi online, sistem verifikasi identitas yang efektif menjadi semakin penting untuk mencegah penyalahgunaan data pribadi.
“Cara kita membuktikan identitas kita belum banyak berubah dibandingkan 10 atau 15 tahun yang lalu, jika ingin membuka rekening bank, Anda akan masuk ke cabang dan menunjukkan dokumen pemerintah untuk membuka rekening.
Seiring berjalannya waktu, proses itu menjadi digital, tetapi yang dilakukan hanyalah mengambil paspor dan SIM lalu memfotonya. Dengan meningkatnya peretasan dan penipuan, data terus bocor. Jadi, menciptakan cara yang mudah dan aman untuk membuktikan identitas Anda secara online yang dapat mengurangi risiko peretasan atau kebocoran data masa depan sangatlah penting,” ujar Rick.
Rick juga membandingkan model identitas digital terpusat seperti SingPass di Singapura dengan model desentralisasi seperti ConnectID di Australia. SingPass, yang dikelola pemerintah, dapat diterima luas dalam masyarakat yang cenderung patuh terhadap pemerintah. Sebaliknya, di Australia, masyarakat lebih bebas memilih antara penyedia identitas, seperti bank atau pos.
Menurut Rick, di Australia, kepercayaan pada pemerintah rendah, sehingga model identitas digital yang fleksibel lebih cocok. ConnectID memungkinkan masyarakat menggunakan identitas dari berbagai penyedia, termasuk bank, dibandingkan dengan satu penyedia terpusat. Model ini lebih cocok dengan budaya Australia yang menghargai pilihan.
Dengan meningkatnya penggunaan identitas digital, ada kekhawatiran mengenai risiko keamanan dan teknologi dalam melindungi penggunanya. Untuk itu, Roger Kuo, CEO HiTRUST sekaligus pakar keamanan global di bidang identitas dan keamanan pembayaran memperkenalkan teknologi FIDO (Fast Identity Online) yang memanfaatkan kunci autentikasi tanpa kata sandi sebagai solusi untuk verifikasi identitas yang aman.
FIDO memiliki keunggulan dalam skala besar karena meminimalkan beban autentikasi pada server pemerintah. Teknologi ini juga memungkinkan integrasi dengan biometrik, seperti pemindaian wajah atau sidik jari, sehingga proses autentikasi menjadi lebih mudah dan aman. FIDO menjadi solusi penting, terutama bagi negara dengan populasi besar.
“Saya pikir ada tiga faktor yang digunakan untuk mengonfirmasi identitas pengguna. Pertama adalah sesuatu yang Anda ketahui, misalnya kata sandi atau tanggal lahir Anda. Kedua adalah sesuatu yang Anda miliki, misalnya ponsel, token, atau kunci USB yang dimiliki oleh Anda. Ketiga, adalah sesuatu yang Anda miliki secara biologis, seperti ID wajah atau biometrik. Jadi, autentikasi multi-faktor membutuhkan setidaknya dua faktor ini.
Namun dengan FIDO, perangkat bertindak sebagai otentikator, yang memenuhi faktor "sesuatu yang Anda miliki". Kemudian, selama proses autentikasi akhir, pengguna diautentikasi dengan biometrik, seperti ID wajah untuk menyelesaikan proses autentikasi, yang memenuhi faktor kedua, yaitu "sesuatu yang Anda miliki". Ini adalah autentikasi dua faktor.” Terang Roger saat menjelaskan FIDO yang berfungsi sebagai autentikasi dua faktor (multi-factor authentication).
FIDO dinilai lebih aman dibandingkan metode konvensional yang menggunakan OTP, karena OTP sering kali mudah diretas. Dengan biometrik dan autentikasi berbasis perangkat, FIDO memberikan perlindungan yang lebih kuat.
Selanjutnya, diskusi ini turut mengundang Mehdi Elhaoussine, SVP Digital Payment - IDEMIA Secure Transactions (IDEMIA) yang berbicara tentang tren pembayaran digital. Ia menyebutkan bahwa industri pembayaran telah berkembang lebih pesat dalam lima tahun terakhir dibandingkan lima dekade sebelumnya. Peningkatan jaringan pembayaran domestik dan penggunaan dompet digital menjadi tren yang menonjol.
Meski digitalisasi terus meningkat, kartu pembayaran, terutama kartu tanpa kontak (contactless card), masih mengalami pertumbuhan. Mehdi menggarisbawahi bahwa meskipun pembayaran berbasis kartu tetap relevan, konvergensi antara identitas digital dan sistem pembayaran akan semakin terasa di masa depan.
Dalam hal penggunaan kartu, perusahaan mengamati bahwa metode pembayaran dapat berganti seiring waktu dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Di mana dahulu aplikasi mendampingi kartu, kini kartu yang mendampingi aplikasi, menunjukkan bahwa keduanya akan tetap eksis bersama untuk sementara waktu, meskipun tren menunjukkan perubahan arah.
Mehdi mencontohkan, banyak fintech dan bank yang mengeluarkan kartu fisik untuk memperkuat hubungan dengan nasabahnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun pembayaran berbasis aplikasi sedang meningkat, kartu fisik tetap memiliki tempat penting sebagai jembatan terakhir antara pemegang kartu dan bank mereka, terutama untuk menonjolkan merek dan desain premium mereka.
Identitas digital berperan penting sebagai elemen kunci dalam sistem pembayaran ke depannya. Integrasi antara identitas digital dan autentikasi yang aman seperti FIDO menciptakan peluang untuk transaksi yang lebih aman dan praktis. Identitas digital memudahkan verifikasi dan mengurangi gesekan dalam proses pembayaran, memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna.